Rabu, 07 Januari 2015

PETA PEMETAAN BENCANA

Konsep Pemetaan Risiko Bencana





Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali potensi bencana karna berdasarkan letaknya Indonesia terletak diantara pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan 3 lempeng besar ini menjadikan Negara Indonesia memiliki fenomena alam yang komplek mulai dari pegunungan, perbukitan dan dataran. Proses geologi merupakan siklus di bumi dalam mencapai titik keseimbangan yang sering  menjadi fenomena ancaman seperti gempa bumi, tsunami, longsor, banjir, angin putting beliung, dan sebagainya. Kondisi ini dapat diprediksi berdasarkan parameter-parameter pemicunya meliputi kondisi geologis dan geomorfologis,  sehingga dapat dipetakan sebaran dan dampaknya terhadap sistem yang ada di bawahnya dengan menggunakan analisis spasial dan analisis database.
Konsep Peta Risiko
Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Dewasa ini berbagai pihak telah mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya standarisasi dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau institusi memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko. Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas dan peta risiko bencana.
Peta Ancaman adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya tertentu. Misalnya : Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan Rawan Banjir
Peta Kerentanan adalah : gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat mengakibatkan risiko bencana. Contoh : Peta kerentanan penduduk, peta kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta kerentanan lokasi
Peta Kapasitas adalah : gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang dapat mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat peringatan dini, peta evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis, peta tingkat ekonomi masyarakat.
Peta Risiko Bencana adalah :gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana longsor, peta risiko bencana gempa.
Dalam metode análisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator masing-masing análisis risiko
  1. Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi patahan, struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dll
  2. Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata curah hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi, kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll
  3. parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis batuan, kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll
  4. parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan penduduk, kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok rentan, jumlah rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di kawasan rawan bencana, jauh dekatnya pemukiman dari daerah rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis, penggunaan lahan di kawasan rawan, tingkat mata pencaharian,dll
  5. parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah sarana kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah, desa yang punya kebijakan PB, desa yang pernah mendapat pelatihan PB, keberadaan organisasi PB di masyarakat, keberadaan alat peringatan dini
Sifat Riskmap
  1. Dinamis : analisis risiko bukan sesuatu yang mati tetapi suatu anlisis yang dinamis dapat berubah setiap saat tergantung upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk PRB. Dalam hal ini konsultan menawarkan bagaimana konsep update able analisis risiko dengan peta risiko bencana di daerah yang dapat dilakukan setiap saat oleh isntansi yang berwenang di daerah, karna dalam GIS proses penyusunan database menjadi dasar yang kuat untuk analisis spasial
  2. Partisipatif : konsultan menawarkan bukan hanya sekedar hasil peta risiko dan laporan semata, tapi lebih pada proses yang partisipatif dan berkelanjutan
  3. Akuntabel : hasil peta risiko dapat dipertanggungjawakan, data-data yang diperoleh dari seluruh instansi di kabupaten  harus melalui proses validasi dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran, sehingga hasil analisis risiko bisa berkelanjutan.
Manfaat Risk Map
  1. Terpetakannya sebaran-sebaran ancaman yang ada, kondisi kerentanan dan kapasitas aset penghidupan dan kehidupan  masyarakat (aset alam, aset ekonomi, aset manusia, aset infrastruktur, dan aset sosial) yang berada di darah rawan bencana
  2. Sebagai alat análisis risiko bencana berbasis spasial dan database meliputi análisis ancaman dan sebarannya, análisis kerentanan dan análisis kapasitas dari masing-masing ancaman yang ada di suatu wilayah
  3. Untuk análisis risiko pada suatu wilayah berdasarkan ancaman yang ada sebagai dasar pijakan bagi pemerintah dalam membuat perencanaan penanggulangan bencana, meliputi kebijakan PB, RAD, RPB, Kontinjensi
Metodologi
Penyusunan peta risiko bencana dilandaskan pada formula yang disepakati dalam Hyogo Framework yang memasukkan parameter  ancaman, kerentanan dan kapasitas dengan melakukan penyusunan database pada setiap komponen-komponen dan memilah data berdasarkan parameter-parameter yang ditentukan yang diformulasikan kedalam rumus :
Risiko Bencana = Ancaman x Kerentanan/Kapasitas
Penentuan parameter dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masing-masing parameter yang dipilih. Setiap parameter akan diskor berdasarkan pembagian nilai yang ditentukan oleh peneliti secara kuantitatif dan dibagi dalam tiga tingkatan :  tinggi (3), sedang (2) dan rendah(1). Hasil skoring ini kemudian dibobot. Besar kecilnya pembobotan dilakukan berdasarkan besar kecilnya faktor yang mempengaruhi risiko bencana, dimana faktor terbesarnya adalah ancaman akan dibobot lebih tinggi dan faktor terkecil adalah kerentanan dan kapasitas yang akan dibobot lebih kecil. Semua parameter yang dipilih akan dihitung skor total dan skor bobot total dan ditumpang susun dengan data spasial (peta geologi, peta geomorfologi, peta KRB, peta tataguna lahan, peta kelerengan, dan peta administrasi).  Dari analisa spasial menghasilkan peta kerentanan, peta kapasitas, peta ancaman. Peta risiko bencana didapat dari hasil penggabungan parameter ancaman, parameter kerentanan, parameter kapasitas dan data spasial dari masing-masing objek dalam aplikasi sistem informasi geografis.
Tahapan Penyusunan Peta Risiko Bencana
  1. Studi literatur  dan pengumpulan data sekunder  (buku, jurnal, data podes, peta dasar, peta geologi, peta tatagunalahan, peta tanah, peta morfologi, data demografi dan monografi)
  2. Analisis risiko bencana berdasarkan ancaman yang ada sebagai dasar awal untuk melakah dalam melakukan analisis risiko berbasis peta/GIS
  3. Penentuan parameter berdasarkan data-data primer dan sekunder (parameter ancaman, parameter kerentanan dan parameter kapasitas) dilakukan secara partisipatif dalam suatu FGD
  4. Pengambilan data primer di lapangan
  5. Penyusunanan database dan data spasial dalam Sistem Informasi Geografis
  6. Skoring dan pembobotan pada setiap parameter
  7. Pembuatan Peta Tematik dengan metode tumpang susun (overlay) meliputi Peta Ancaman, Peta Kerentanan, Peta Kapasitas
  8. Pembuatan peta risiko bencana dengan metode tumpang susun dari total ancaman, total kerentanan dan total kapasitas.
  9. Deseminasi kepada semua pihak dalam suatu FGD
  10. Publikasi dan evaluasi dalam suatu kegiatan seminar hasil
Hubungan Peta Risiko Dengan Kebijakan PB dan Pembangunan Daerah
Peta risiko bencana merupakan alat analisis risiko spasial dan database yang dapat diintegrasikan dalam perencanaan tataruang untuk mengoptimalkan pembangunan berkelanjutan  dalam perspektif pengurangan risiko bencana. Dalam kontek risiko, bencana dapat memberi peluang terhadap pembangunan atau dapat memundurkan pembangunan, untuk itu pentingnya pemetaan risiko bencana dilakukan agar dapat menjadi acuan bagi daerah dalam perencanaan pembangunan yang berperspektif penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana berbasiskan tataruang. Sasaran kebijakan dan pembangunan akan menjadi lebih jelas
  1. untuk menagani ancaman seperti melakukan mitigasi pada daerah-daerah rawan bencana
  2. untuk menangani kerentanan dan kapasitas seperti peningkatan kapasitas lokal, pengamanan aset penghidupan dan kehidupan, menekan laju pertumbuhan penduduk pada darah rawan, membangun kesiapsiagaan di masyarakat, membangun sistem peringatan dini, melakukan rencana aksi PB-PRB

CONTOH PEMETAAN BENCANA DI INDONESIA

Peta Sebaran Kejadian Banjir Tahun 2014


Detail:
Jenis Peta:Peta Kejadian Bencana
Sumber:BNPB
Tanggal Pembuatan:23 Desember 2014
Format/Ukuran File:PDF/1,1 Mb
Deskripsi:Peta menunjukkan lokasi kejadian bencana banjir yang terjadi di Indonesia
per tanggal 22 Desember 2014.
PETA PEMETAAN LONGSOR KOTA BANJARNEGARA

Peta Citra Lokasi Bencana Tanah Longsor Banjarnegara

Detail:
Jenis Peta:Peta Tanah Longsor
Sumber:Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Tanggal Pembuatan:Desember 2014
Format/Ukuran File:PDF/2,3 Mb
Deskripsi:Peta menunjukkan lokasi kejadian bencana tanah longsor di Kec. Karangkobar, Kab. Banjarnegara, Prov. Jawa Tengah pada tanggal 12 Desember 2014. Data diterima dari LAPAN per tanggal 15 Desember 2014.
PETA PEMETAAN BENCANA DI INDONESIA

Peta Sebaran Jumlah Kejadian Bencana November 2014


Sumber : 
http://geospasial.bnpb.go.id/2014/12/08/peta-sebaran-jumlah-kejadian-bencana-november-2014/
http://geospasial.bnpb.go.id/?s=peta+bencana+gunung+berapi+di+indonesia
http://geospasial.bnpb.go.id/2014/12/16/peta-lokasi-kejadian-bencana-tanah-longsor-karangkobar-banjarnegara-jawa-tengah/
http://geospasial.bnpb.go.id/2014/12/23/peta-sebaran-kejadian-banjir-tahun-2014/ 
http://geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/2014/12/2014-12-05_kejadian_bencana_Nov2014_frek.pdf
http://petrasawacana.wordpress.com/2011/02/20/konsep-pemetaan-risiko-bencana/

1 komentar:

  1. gays..minta outline penyusunan peta detail kebencanaan berbasis GIS..thanks

    BalasHapus